Aksara Jawa Hanacaraka

Author: hatake_rohomado / Label: ,

Masih ingatkah kita akan aksara jawa? Aksara Jawa yang sering disebut hanacaraka atau carakan atau cacarakan kalau orang sunda bilang. Dulu mungkin ini kita dapat waktu duduk dibangku SD dan SLTP.
Dan di tahun 2008 pelajaran Bahasa Jawa sudah masuk pada jenjang pendidikan setingkat SMU ( di Jogjakarta) dan ini merupakan wujud apresiasi untuk melestarikan bahasa ibu ditengah derasnya arus globasasi.
Tak banyak memang generasi muda yang ngeh akan bahasa jawa, yang mungkin dianggap kuno oleh sebagian orang. Yah… Boleh dibilang belajar aksara jawa atu bahasa jawa itu gampang – gampang susah..
Dengan diakuinya aksara jawa oleh UNESCO Nov 2009, tentunya ini merupakan cabuk bagi kita untuk melestarikan warisan budaya tersebut. Untuk itu marilah kita sedikit mengenal kembali aksara2 jawa… 



Aksara jawa hanacaraka yang masih punya hubungan dengan aksra bali ini memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan (pada).

Huruf dasar (aksara nglegena)

Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu "cerita pendek":
• ha na ca ra ka
• da ta sa wa la
• pa dha ([dha]) ja ya nya ([ɲa])
• ma ga ba tha ([ʈa]) nga ([ŋa])

Berikut ini adalah aksara nglegena:



Huruf pasangan (Aksara pasangan)

Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega akan diperlukan pasangan untuk "se" agar "n" pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan "s" tulisan akan terbaca manganasega.
Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.

Berikut ini adalah daftar pasangan:



Huruf utama (aksara murda)



Huruf Vokal Mandiri (aksara swara)



contoh penggunaan aksara swara



Huruf tambahan (aksara rèkan)



Huruf Vokal tidak Mandiri (Sandhangan)



Tanda-tanda Baca (pratandha)



(sumber: www.wikipedia.com)

Read More

Aksara Jawa

Author: hatake_rohomado / Label: , , ,

Di era globalisasi ini, tak banyak kaum muda, amat jarang sekali ngeh dengan kebudayaan yang dimiliki sendiri. Banyak diantara mereka malah menyukai kebudayaan barat yang mereka anggap sebagai trend kemajuan. namun janganlah lupa untuk megenal kebudayaan sendiri. tak hera kalu kebudayaan Indonesia sering kali diklaim milik negara lain, karena kita sendiri tak mau memeliharanya.

Berita di kompas menyebutkan bahwa dunia kini telah mengakui aksara Jawa. SURABAYA, KOMPAS.com - Sejak 2 Oktober 2009, dunia telah mengakui Aksara Jawa (ha na ca ra ka), sehingga aksara Jawa kini dapat dipakai untuk komputer seperti aksara Latin, China, Arab, Jepang, dan sebagainya.



"Aksara Jawa sudah diakui UNICODE (lembaga dalam naungan UNESCO yang menangani standar kode aksara pada komputer di dunia)," kata Redaktur Pelaksana Majalah Berbahasa Jawa ’Panyebar Semangat’ Aryo Tumoro di Surabaya, Senin.

Ia mengatakan, aksara Jawa itu didaftarkan Ki Demang Sokowaten (Yogyakarta) pada 9 September 2007, dan diakui UNICODE mulai 2 Oktober 2009 atau bersamaan pengakuan UNESCO terhadap Batik.

"Dengan pengakuan itu, kita dapat meminta kepada ’programer’ komputer untuk memasukkan aksara Jawa ke dalam ’font’ pada komputer kita," katanya ketika ditemui di kantor ’Panyebar Semangat’ di Jln. Bubutan 97, Surabaya.

Selain pengusulan aksara Jawa, katanya, Ki Demang Sokowaten juga meluncurkan situs/laman di dunia maya sejak 6 Januari 2006 dengan alamat: Ki-Demang.com. "Situs berbahasa Jawa itu berisi penanggalan Jawa, Macapat, Gamelan, Pakeliran, Piwulang Kautaman, hingga Kuliner Masakan Jawa," ujarnya mengungkapkan.

Bahkan, katanya, Ki Demang juga menyelipkan Cerita Cekak Jawa (cerita pendek berbahasa Jawa), bahkan ada juga "fitur" tentang tata cara menentukan karakter menurut "Weton". "Yang jelas, laman itu membantu ’nguri-nguri’ (melestarikan) Bahasa Jawa yang penuturnya juga makin menyusut. Ki Demang melakukan terobosan yang cerdas," katanya.

Ini semua harus kita apresiasi demi kelangsungan hidup budaya kita sendiri.

Read More